yaitu pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata seperti aturan – aturan yang lain Berikut informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Kalimat sebagai objek kajian sintaksis juga dibedakan atas kalimat dasar dan kalimat turunan, kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat turunan mencakupi turunan tunggal dan kalimat turunan majemuk. Kalimat turunan tunggal merupakan kalimat kompleks yang terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat majemuk merupakan kalimat kompleks yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Jadi istilah dasar dan turunan dilihat dari peranan dalam pembentukan.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri
Kalimat Efektif
1.
Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak
Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.
Kecermatan
Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan
tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
3.
KehematanMahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
Kehematan dalam kalimat efektif
maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini
dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia
sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.
KelogisanDia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.
Kesatuan
atau Kepaduan Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah
ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.
Keparalelan
atau Kesajajaran Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,
maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga
sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.
Ketegasan Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok
dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara,
yaitu:
a.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan
–kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P(predikat) di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
Kami mahasiswa Indonesia.
Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
Mobil orang kaya itu ada delapan.
Kalimat tunggal dapat dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Jadi kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara mempunyai ciri :
Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
Kedudukan tiap kalimat sederajat
Contoh kalimat majemuk setara :
Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
Kalimat Majemuk Bertingkat Konstruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
Dia datang ketika kami sedang rapat.
Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
Anda harus bekerja keras agar berhasil.
Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun ualesianya sudah lanjut.
Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
Tugas 8
Pengertian Alenia (Paragraf):
suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Pengembangan Alinea
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik
karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide
utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang
menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan
pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf
deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Syarat Paragraf
1) Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam
paragraf hanya membicarakan satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika
dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah
yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.
2) Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraph ini juga dikenal
istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika
aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara
repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat
dimanfaatkan.Jenis Alinea berdasarkan letak ide pokoknya
- Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Kemauannya sulit
untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan
tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
- Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
♦ Generalisasi
adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta
khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah
karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan
Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai
tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai
kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup
pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
- Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
- Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
- Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
- Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
♦ Analogi
adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang
memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada
persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam
bidang yang lain. Contoh:
Alam
semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin.
Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya,
beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit
berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar
rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu
adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat
sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti
akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam
paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta.
Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia
sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan
sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu.
♦ Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan
fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika
hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena
ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat,
akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan
pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang
jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan
cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat
definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
definisikan di dalam teks definisi itu
2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea
menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan
atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan
atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda,
penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali
peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses
kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses
peristiwa sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan.
Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci
tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk
menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau
sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah
kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya
harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran
manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah
karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya
argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk
mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula,
belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling
disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus
relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak
dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam
media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki
persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang
paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya
bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk
perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi
persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk
mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau
dipertentangkan satu sama lainnya.